Kamis, 21 Maret 2013

Asesmen Artikulasi dan Optimalisasi Fungsi Pendengaran



A.      Konsep Dasar Assesmen bagi Anak Berkebutuhan Khusus
1.    Pengertian Assesmen Anak berkebutuhan Khusus
Assesmen berasal dari bahasa inggris to assess  (kk: menaksir), Assesment (kb. Taksiran). Istilah menaksir mengandung makna deskriptif atau menggambarkan sesuatu, sehingga sifat atau cara kerja assesment sangat komprehensif, artinya utuh dan menyeluruh.
Banyak para ahli pendidikan yang mengemukakan tentang definisi assesmen diantaranya:
Wallace & Loglin (1979) mengemukakan bahwa assesmen merupakan suatu proses sistematis dengan menggunakan instrumen yang sesuai untuk mengetahui perilaku belajar, penempatan dan pembelajaran. Rosenberg  (1982) mengemukakan bahwa assesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran anak. Sedangkan menurut Robert M Smith (2002) assesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan anak, yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk menentukan layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.
Ahli pendidikan lainnya McLounghlin & Lewis (1986) mengemuka-kan bahwa Assesmen adalah proses yang sistematis dalam mengumpulkan data seorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seorang anak saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya di butuhkan. Berdasarkan informasi tersebut, guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis sesuai  dengan kenyataan yang obyektif.
Assesmen yang dilakukan pada anak Tunarungu bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gangguan atau hamabatan terutama dalam hal komunikasi (bicara-bahasa) dalam perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lainnya, yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan program pembelajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhan. Assesmen yang dilakukan bagi anak tunarungu terbagi kedalam dua macam yaitu Assesmen artikulasi dan assesmen optimalisasi pendenagaran.
a.         Assesmen Artikulasi
Asesmen dalam artikulasi merupakan suatu proses yang memiliki banyak aspek/segi, dan bukan sekedar mengetes anak dalam salah satu kemampuan bicara tetapi faktor penyebabnya serta keadaan organ artikulasinya. Asesmen selain berupa test formal maupun informal juga melalui kegiatan observasi, wawancara dengan orang tua/guru maupun berupa pengisian kuesioner. Asesmen dilakukan untuk mengetahui kemampuan dan ketidakmampuan anak, yang dalam hal ini adalah dalam pengucapan bunyi-bunyi bahasa. Berdasarkan hasil asesmen tersebut, guru dapat menentukan kebutuhan  anak tersebut serta membuat program pembelajaran artikulasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak secara individual. Dengan demikian   pembelajaran artikulasi dan optimalisasi fungsi pendengaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Prosedur Asesmen
Asesmen dapat dilakukan melalui prosedur sebagai berikut. Pertama, mempersiapkan berbagai perangkat yang akan digunakan dalam kegiatan asesmen.  Kedua, menentukan anak  yang akan diasesmen, serta  memastikan bahwa kesehatan anak tersebut dalam kondisi yang  baik. Ketiga, melaksanakan asesmen. Asesmen dapat dilakukan melalui berbagai teknik,  antara lain  melalui  tes, observasi, wawancara, dan angket. Tes dan observasi dapat langsung dilakukan pada anak, sedangkan wawancara dan angket dapat dilakukan pada orang tua. Keempat, menganalisis hasil asesmen untuk mengetahui kemampuan dan ketidakmampuan anak. Kelima, menentukan kebutuhan anak dalam pembelajaran/ pelatihan sebagai dasar untuk pembuatan program pembelajaran/pelatihan.
Untuk mengadakan asesmen, perlu mempunyai/memahami sampel wicara anak yang akan dinilai atau dianalisa. Untuk memperoleh sampel bicara dapat ditempuh prosedur atau cara dengan meminta anak  untuk menirukan ucapan guru artikulasi. Peniruan ucapan dimulai dari pengucapan vokal, suku kata, kata, kemudian  kalimat, seperti contoh  berikut.
a.    Ucapan vokal  :  /a/, /i/, /u/, /e/, /o/
b.    Suku kata yang mengandung konsonan yang akan diucapkan sesuai tujuan pengetesan misalnya : /pa/, /pi/, /pu/, /po/,pe/       /bo/,/bi/,/bu/,/be/,/ba/ 
c.    Kata dengan berbagai komposisi dan konsonan yang sudah dikenal siswa misalnya :  /api/,  /bola/, /buku/, /buka/, /pita/, /paku/ dst.
d.   Kalimat dengan berbagai pola yang sudah dan mengandung konsonan kalimat yang akan dites tmisalnya : /ibu guru pergi/,  /tonobawatas/, /bapaknaikmobil/,  dst. 
b.   Assesmen optimalisasi Pendengaran
Asesmen dilakukan untuk mengetahui kemampuan dan ketidak-mampuan anak, yang dalam hal ini adalah dalam fungsi pendengarannya. Berdasarkan hasil asesmen tersebut, dapat diketahui kebutuhan anak tersebut serta membuat program latihan optimalisasi fungsi pendengaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak secara individual. Dengan demikian   latihan  optimalisasi fungsi pendengaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Asesmen pendengaran yang perlu dilakukan  berkaitan dengan latihan  optimalisasi fungsi pendengaran,  mencakup asesmen  ketajaman pendengaran, Asesmen kemampuan dengar dengan menggunakan Alat Bantu Mendengar (ABM), dan asesmen keterampilan mendengarkan/menyimak.
1.   Asesmen Ketajaman pendengaran 
Asesmen ketajaman pendengaran anak  dapat dilakukan melalui  observasi dan  tes, baik tes sederhana maupun tes dengan menggunakan media elektronik. Pada kesempatan ini, dijelaskan asesmen fungsi pendengaran melalui tes, yaitu tes berbisik dan percakapan, serta tes pendengaran dengan menggunakan media elektronik.  
a. Tes  Berbisik  dan Percakapan
Tes  berbisik  dan  percakapan  merupakan  tes  pendengaran yang  sederhana, namun untuk  melakukannya harus  memperhatikan  beberapa persyaratan  sehingga hasilnya dapat  dipertanggungjawabkan. Persyaratan  tersebut  antara  lain : 
1.         Tes ini harus dilaksanakan di dalam suatu ruang tertutup dan sunyi, serta tidak ada gema .
2.         Testee diberitahu bahwa tester akan mengatakan suatu kata dengan berbisik atau percakapan, dan testee harus mendengarkan dengan baik serta mengulang kata tersebut dengan suara percakapan biasa.
3.         Testee tidak boleh melihat gerak bibir  tester untuk menghindari testee menbaca ujaran tester.
4.         Tester  harus berbicara dengan suara lantang dan semua  kata  harus diucapkan sama keras.
5.         Sebelum mengucapkan kata-kata, janganlah menghirup udara terlalu dalam untuk menghindari suku  kata  pertama diucapkan terlalu keras.
6.         Kata-kata  yang  sesuai diucapkan untuk tes ini terdiri dari dua suku  kata, seperti :  bola, meja, buku, dsb.
7.         Telinga harus  di  tes satu persatu. Oleh karena itu telinga  yang  tidak  di  tes harus ditutup. Penutupan telinga dilakukan dengan menekan  tragus  kedalam lubang telinga.
Apabila  persyaratan  tadi  sudah  terpenuhi, kita  dapat  memperkirakan   kekurangan  dengar  anak  berdasarkan  tabel   berikut.
b.Tes Pendengaran dengan Media Elektronik
Tes pendengaran dengan menggunakan media elektronik merupakan tes  yang lebih  akurat  yang  hasilnya  dapat  dijadikan dasar  untuk menentukan  alat  bantu dengar yang sesuai. Media elektronik untuk tes pendengaran yang banyak tersedia adalah  audiometer. Media  tersebut digunakan  pada  anak  yang  sudah  berusia  3 tahun  ke atas karena  pada  usia  tersebut, anak  sudah dapat diberikan  pengarahan sehubungan  dengan prosedur pengukuran.  Pengukuran pendengaran pada anak  yang  lebih  kecil dan  untuk  bayi, sudah tersedia teknologi mutakhir yaitu Auditory Brainstem Responses (ABR) dan Otoacoustic Emissions (OAE) (Tn,2004 : 2-3 dan Tn, 2002 :IV-2).
Auditory Brainstem Responses ( ABR)   merupakan  suatu  alat  elektronik yang  canggih untuk  memeriksa  pendengaran  melalui  respon  atau  reaksi  syaraf  pendengaran  bayi  terhadap  bunyi dengan  frekuensi  dan kekerasan  tertentu.  Dalam  penggunaan  ABR, bayi    yang  dites biasanya  dalam  keadaan  tidur.  Pada  kepala  bayi   dipasang tiga  elektroda, yaitu   dua dipasang  pada  tulang  di  belakang  telinga dan  satu dipasang pada   dahinya, dengan  demikian  bunyi langsung disalurkan ke syaraf  pendengaran  bayi. Reaksi  syaraf pendengaran  bayi  terhadap  bunyi  akan  direkam  secara  otomatis  oleh  alat  tersebut  dan  pemeriksa  tinggal menafsirkan  hasilnya.  
Otoacoustic Emissions (OAE) merupakan alat yang lebih canggih untuk mengidentifikasi  dini  gangguan pendengaran.  Prinsip kerja  alat  ini   sama  dengan  ABR, hanya   bentuknya  lebih  kecil dan  cara  penggunaannya  lebih  praktis karena  cukup  ditempelkan  pada  telinga bayi  saja. 
Audiometer merupakan media elektronik untuk mengukur  taraf  kehilangan pendengaran  seseorang.  Audiometer  banyak  jenisnya,  di antaranya   ada audiometer untuk  tes pendengaran melalui nada  murni  (pure  tone  audiometry) dan  audiometer  untuk  tes  pendengaran melalui percakapan ( speech audiometry). 
Audiometer  nada  murni  merupakan  media  elektronik  yang menghasilkan nada-nada murni  dengan  berbagai  frekuensi  yang  intensitasnya  dapat  diatur  oleh  operator. Media  ini  dilengkapi dengan earphones dan  vibrator. Earphones (dipasang  pada telinga  testee) untuk menghantarkan  nada-nada  murni  melalui telinga  luar (metode  hantaran / konduksi  udara). Sedangkan  vibrator  (dipasang  pada tulang  mastoid yang  ada  dibelakang  telinga)  untuk  menghantarkan  getaran suara,  langsung  ke telinga dalam (metode hantaran  tulang). Kedua metode  audiometri  tersebut  harus  dilakukan untuk  mengetahui  apakah  telinga yang  bersangkutan  mengalami  gangguan pendengaran  konduktif,  sensorineural,  atau  campuran. 
Pengetesan harus  dilakukan   dalam  ruang  kedap  suara yang terpisah  dari  ruangan tester. Pengetesan  dilakukan  pada  satu  telinga terlebih  dahulu dengan  metode hantaran udara dilanjutkan  dengan  metode hantaran tulang.  Setelah  itu  baru  dilakukan  pengetesan  untuk  telinga yang lainnya dengan cara yang  sama. Apabila  klien  tidak mengetahui    telinga mana yang lebih  baik pendengarannya, pengetesan  dilakukan  pada  telinga  sebelah  kanan  terlebih  dahulu.  Pada  audiometri dengan   metode  hantaran tulang, penentuan  kondisi  telinga  yang  lebih  baik   dapat  dilakukan  melalui  tes weber  yaitu  dengan memberikan  getaran  suara pada   frekuensi  500Hz dengan volume  suara  yang  paling  nyaman  untuk  didengarkan melalui  vibrator yang  ditempelkan  pada  bagian  tengah  dahi  testee.
Selanjutnya  ditanyakan  pada  testee pada telinga  sebelah  mana dia  dapat  mendengar nada.  Ada  tiga  kemungkinan  jawaban,   yaitu  pada telinga  kiri,  telinga kanan, atau  tidak  kedua-duanya. Apabila   jawaban  testee adalah  pada  salah  satu  telinga,  maka   pengetesan  dilakukan   pada  telinga  yang  dapat  mendengar  nada  terlebih  dahulu.  
Pada  audiometri nada  murni, pengetesan  dilakukan  untuk  mencari  ambang  pendengaran baik  melalui metode hantaran udara maupun hantaran tulang. Ambang pendengaran  adalah tingkat  tekanan  suara yang terendah  yang  masih  dapat  didengar  oleh  telinga  yang  bersangkutan.  Ambang  pendengaran   pada setiap  frekuensi  untuk  setiap  telinga  direkam  dalam  bentuk  grafik dengan  tanda-tanda  khusus  yang  disebut  audiogram.  
Audiometer  percakapan (speech audiometry).  merupakan  alat  elektronik   untuk  perngetesan pendengaran melalui percakapan. Pada  dasarnya speech audiometry terdiri  dari  kegiatan-kegiatan  sebagai  berikut:  pertama,  mengucapkan  serangkaian kata-kata untuk  didengar  testee; kedua, menyuruh testee  mengulangi kata-kata  tersebut;  dan  ketiga,  mencatat  jumlah  kata yang  diulang  dengan  tepat. Rangkaian  kata  tersebut  dapat  diucapkan  secara  langsung  atau melalui  rekaman. Dalam  pengucapan  langsung, tester  sebagai  operator  mengucapkan   kata-kata  melalui mikrofon dan  memonitor  suara  tester  dengan  menggunakan VU meter. Suara  dikirim  ke  telinga  testee  melalui  earphone atau  loudspeaker.
Sedangkan  melalui metode  rekaman, rangkaian  kata-kata  disajikan  melalui rekaman  tape-recorder atau  alat  perekam  lainnya. Pengetesan dilakukan   dalam  ruang  kedap  suara yang  terpisah  dari  ruangan tester.
Speech audiometry dapat  menyediakan 5 (lima) tipe  informasi, yaitu : 1) ambang  pemahaman  bicara; 2) tingkat  suara  yang  paling  nyaman  untuk didengarkan; 3) tingkat  suara  yang  tidak  nyaman  untuk  didengarkan; 4) rentang  kekerasan  suara  yang  nyaman  untuk  didengarakan; dan 5) Skor  kemampuan membedakan  ucapan.
2.   Asesmen Kemampuan Mendengar dengan Menggunakan Alat Bantu Mendengar (ABM) 
Hyde  (Sadjaah E. & Sukarja, 1996) mengemukakan bahwa setiap ABM memiliki spesifikasi  data mengenai : penguatan   (gain), keluaran kekuatan/kekerasan yang maksimal (maximum power output), serta rentangan  frekuensi yang dimiliki.  Namun masih perlu dinilai  bagaimana alat tersebut  berfungsibila dipakai anak tunarungu. Spesifikasi   alat  diperoleh secara artifisial dipabrik  dengan peralatan  yang sempurna, sedangkan fungsinya bisa dipengaruhi  sifat, bentuk dan ukuran telinga serta sifat kerusakan  fungsi pendengaran masing-masing orang.  
Tes kemampuan mendengar dengan ABM  dilakukan dengan materi  yang dinamakan  warble sound  yaitu berupa  bunyi senandung / siulan yang dikeluakan  lewat kotak  pengeras suara dengan intensitas dan frekuensi tertentu. Anak yang  diasesmen  duduk  pada jarak satu meter dari kotak suara.
  1. Asesmen Keterampilan Mendengarkan/ menyimak
Ada beberapa tes keterampilan menyimak, antara lain : tes keterampilan menyimak angka atau  tes semut ( ANT test) dari  Norman Erber dan Tes Lima Bunyi Bahasa yang diadaptasi dari  Five Sound Test yang  diciptakan Daniel Ling.
ANT Test merupakan suatu tes dengan prosedur yang  singkat dan tak memerlukan peralatan, kecuali  lima kartu  gambar semut dengan jumlah tertentu  ( satu sampai lima). Tes ini bertujuan untuk  memperoleh  informasi  tentang keterampilan  menyimak siswa tunarungu yang masih kecil. Dari hasil tes akan diketahui  apakan anak  mampu menangkap  kualitas frekuensi  suatu ungkapan lisan atau hanya memperoleh informasi yang kasar tebtabg intensitas/ tekanannyam melalui  sisa pendengarannya. Hasil tes  dapat digunakan sebagai acuan untuk menyususn program latihan artikulasi dan menyimak selanjutnya.
Prosedur Pelaksanaan Tes
1.    Tes Kartu Gambar
Tes  menggunakan  kartu bergambar semut,  Anak yang di tes menggunakan ABM ( yang berfungsi secara baik )  atau dengan memakai  speeh master (dipasang 20 dB di atas ambang pendengaran anak). Pengetesan dilakukan secara bergantian pada telinga kanan dan kiri. Usahakan pengetesan diakukan di ruangan yang terganggu bunyi latar belakang. Langkah-langkahnya  sebagai berikut.
a.    Perkenalkan anak pada kartu-kartu tes,  perlihatkan satu per satu sambil membilang jumlah ”semut” pada setiap kartu : satu, satu – dua, satu – dua – tiga dan seterusnya.
b.    Latihlah siswa dengan menyebut kartu-kartu tersebut secara acak dan permintaan untuk menunjukan kartu mana yang diucapkan guru (sambil menatap dan mendengar).
c.    Ulangi langkah ke 2 namun sekarang guru menutup mulut, agar anak tak membaca ujaran.  Perhatikan agar guru tiap kali selalu tetap membilang sampai 5 namun yang disuarakan hanya angka yang dites. Misalnya mau mentes kartu satu – dua maka satu – dua (disuarakan) – tiga – empat – lima (tanpa suara)
d.   Langkah-langkah sebelumnya ini hanya merupakan tahap awal untuk mentes lebih lanjut. Tes yang sesungguhnya baru mulai bila guru/pemeriksa menyajikan satu angka (misalnya 5) dengan mulut yang ditutup. Siswa yang mampu mendengar kualitas spektral (frekuensi) ucapan ”lima” akan menunjukan pada kartu dengan 5 semut. Ada siswa yang mungkin mempersepsi angka lain namun siswa yang hanya mampu menangkap pola tekanan/tempo dari ucapan tadi jadi 2 tekanan : li-ma (/-/) akan menunjukan pada kartu 1 (sa-tu). 113
e.    Catat respon siswa. Siswa yang berhasil merespon dengan penyajian cara kedua berarti sungguh mampu menyimak dan dapat dikatakan sebagai kelompok yang dengar (hearers). Sedangkan siswa yang hanya berhasil merespon dengan penyajian pertama disebut kelompok yang merasa (feerels). Hasil ini akan berakibat pada penyusunan progam BPBI bagi siswa
2.    Tes Lima Bunyi Bahasa 
Tes lima bunyi bahasa  diadaptasi dari  Five Sound  Test yang  diciptakan Daniel Ling guna mengasesmen keterampilan  menyimak  bunyi bahasa dengan atau tanpa menggunakan ABM. Pada  jarak yang berbeda-beda. Materi asli tes ini  untuk bahasa Inggris adalah: /a/, /i/, /u/, /sh/, /s/, mewakili bunyi yang paling keras sampai lembut.  Dalam penataran- okakarya  yang diselenggarakan Federasi  Nasional untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (FNKTRI) tahun 1993 dengan penatar M. Hyde, materi tes diadaptasi  untuk bahasa Indonesia menjadi  /a/, /u/, /i/, /m/, /s/. Pemikiran  yang mendasari  penyususunan tes  atau pemilihan  bunyi tersebut, adalah bahwa respon terhadap setiap  bunyi menandakan bahwa bunyi bahasa tersebut dan bunyi  lainnya dalam gelombang  oktaf yang sama juga akan terditeksi. Misalnya  bila anak tak dapat menditeksi/ menyimak  /s/, maka /f/ pun tak akan tertangkap. Bila /a/ atau /i/  tak terdengar atau terditeksi,  maka  dapat diperkirakan  bahwa suara sengau yang terjadi  sekitar 300 Hz juga tak akan terdengar. ( Daniel Ling, 1988:72). 
Materi tes ini disajikan dalam bentuk  kata yang diucapkan, yang mengandung masing-masing huruf di atas, seperti  kata : apa, baru, ibu,  lima, dan satu.  Sedabgkan prosedur  pelaksanaan tes adalah sebagai berikut. 
a.    Siapkan lembar penilaian dan beritanda di lantai pada jarak  1,2,3,4,sampai 5 meter.
b.    Anak diminta duduk di kursi yang telah disediakan kemudian cek ABMnya. 
c.    Jelaskan maksud tes pada anak, sesuai usia dan taraf penguasaan bahasanya. Anak diminta memberi reaksi  (misalnya dengan tepuk tangan atau angkat tangan, dsb.) bila mendeteksi /mendengar bunyi.
d.   Setelah di tes pada jarak 1 meter, anak dites pada jarak yang lebih jauh.
e.    Catat reaksi anak untuk setiap jarak.  

B.           Contoh Assesmen Artikulasi Dan Optimalisasi Fungsi Pendengaran
NamaAnak                       : …………………
JenisKelamin                    : …………………
TanggalLahir                    : …………………
Nama Orang Tua              : …………………
Alamat                              : …………………
TanggalAsesmen              : …………………
1.        LatihanArtikulasi
No
Organ Artikulasi
Tes
Hasil
Baik
Cukup
Kurang
1.
Bibir
Memonyongkan kedua bibir



Menarik bibir ke belakang



Menggetarkan bibir



2.
Lidah
Menjulurkanlidahkedepan



Menjulurkanlidahkekiri



Menjulurkanlidahkekanan



Menyentuhlengkung kaki gigiatas



Mendorongpipikiri



Mendorongpipikanan



Menyapubibiratas



Menyapubibirbawah



3.
Rahang
Membuka mulut lebar-lebar



Menutup mulut rapat-rapat



Mengunyah permen karet



4.
Velum
Meniup udara keluar melalui mulut



Meniup balon



Meniup peluit



Menahanudara di mulutsampaihitungan 5 s/d 10



6.
Nafas
Ambil nafas, tahan sampai hitungan 10




2.        Tes Membedakan Bunyi
a.  Panjang/Pendek
No.
Kata
Dapat
TidakDapat
DeskripsiKesalahan
1.
Pa
Paaaa



2.
Ma
Maaaa



3.
La
Laaaa



4.
Sa
Saaaa



5.
Da
Daaaa




b.  Tinggi/Rendah
No.
Kata
Tinggi
Rendah
DeskripsiKesalahan
1.
Papa
Pipi



2.
Moto
Mutu



3.
Didi
Dede



4.
Babak
Bebek



5.
Lala
Lele





c.  Keras/Lemah
No.
Kata
Keras
Lemah
DeskripsiKesalahan
1.
Salam
Salam



2.
Bakar
Bakar



3.
Lima
Lima



4.
Malam
Malam



5.
Dekat
Dekat




d.Asesmen lanjutan  (Akademik)
Aspek
Ya
tidak
Keterangan
1.        Anak menyebutkan semua huruf alfabet di bawah ini!
A-B-C-D-E-F-G-H-I-J-K-L-M-N-O-P-Q-R-S-T-U-V-W-X-Y-Z



2.      Anak menyebutkan semua huruf yang mirip di bawah ini!
        b-d              p-q         u-n
        m-w            z-s



3.      Anak menyebutkan semua huruf konsonan di bawah ini!
B-C-D-F-G-H-J-K-L-M-N-P-Q-R-S-T-V-W-X-Y-Z
b-c-d-f-g-h-j-k-l-m-n-p-q-r-s-t-v-w-x-y-z



4.      Sebutkan huruf-huruf vokal dibawah ini! (vokal besar)
A-I-U-E-O
u-o-e-a-i